LAPORAN
PRAKTIKUM
KLIMATOLOGI
KELEMBABAN UDARA
NAMA : HARNI
SUCI UTAMI
NPM : E1B013098
SHIFT : KAMIS/JAM
08.00 WIB
KELOMPOK : 1
(SATU)
Ko-ASS : SARI
YULIA KARTIKA H
PROGRAM
STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
EBNGKULU
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kelembaban adalah
konsentrasi uap air
di udara. Angka konsentrasi ini dapat diekspresikan dalam
kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan relatif. Alat untuk
mengukur kelembapan disebut higrometer. Sebuah humidistat digunakan untuk mengatur tingkat kelembapan udara dalam
sebuah bangunan dengan sebuah pengawalembap (dehumidifier).
Dapat dianalogikan
dengan sebuah termometer dan termostat untuk suhu udara. Perubahan tekanan sebagian uap air di
udara berhubungan dengan perubahan suhu. Konsentrasi air di udara pada tingkat
permukaan laut dapat mencapai 3% pada 30 °C (86 °F), dan tidak melebihi 0,5%
pada 0 °C (32 °F).
Suhu udara di
Indonesia pada umumnya tinggi yaitu antara 24 – 34oC, dan kelembaban
udara juga tinggi yaitu antara 60 - 90%. Hal ini dapat menyebabkan proses
penguapan dari tubuh sapi FH terhambat sehingga sapi mengalami cekaman panas. Tingginya
suhu dan kelembaban udara tersebut disebabkan oleh radiasi matahari yang
tinggi, sehingga lokasi peternakan sapi perah FH di Indonesia akan lebih baik
jika berada pada ketinggian di atas 800 m d.p.l. Selain radiasi, produksi panas
hewan yang berupa panas laten dan panas sensibel tinggi, luas, bahan atap dan bukaan ventilasi
yang kurang tepat merupakan penyebab naiknya suhu dan kelembaban udara dalam
kandang sapi perah.
Pemecahan analisis
aliran udara dapat dilakukan dengan Computational Fluid Dynamics (CFD). Metode
CFD menggunakan analisis numerik yaitu kontrol volume sebagai elemen dari
integrasi persamaan-persamaan yang terdiri atas persamaan keseimbangan massa,
momentum dan energi, sehingga penyelesaian persamaan untuk benda 2 (dua) atau 3
(tiga) dimensi lebih cepat dan dapat dilakukan secara simultan.
cara perhitungan teoritis
matematis dan kejadian fisis alami kedalam pengukuran praktis kelembaban nisbi udara
dengan menggunakan sling psikometer. Selain itu diharapkan mahasiswa mengerti
tentang kondisi kelembaban udara pada berbagai tempat dan beragam waktu harian
1.2Tujuan
Praktikum
1.
Agar mahasiswa
mengetahui penerapan cara perhitungan teoritis matematis dan kejadian fisis
alami ke dalam pengukuran praktis kelembaban nisbi udara dengan menggunakan
termometer bola basah dan bola kering da hygrograf.
2.
Mengerti tentang
kondisi kelembaban udara pada berbagai tempat dan beragam waktu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kelembaban
udara menggambarkan kandungan uap air diudara yang dapat dinyatakan sebagai
kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun defist tekanan uap air.
Kelembaban mutlak adalah kandugan uap air (dapat dinyatakan dengan massa uap
air atau tekanannya) persatu air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada
kapasitas udara untuk menampung uap air. Kapasitas udara untuk menampung uap
air tersbeut (pada keadaan jenuh) ditentukan oleh suhu udara. Sedangkan deficit
tekanan uap air adalah slisih antara tekanan uap jenuh dan tekanan uap aktual.
Masing-masing pernyataan kelembaban udara tersebut mempunyai arti dan
fungsi tertentu dikaitkan dengan masalah yang dibahas. Sebagai contoh, laju
penguapan dari permukaan tanah lebih ditentukan oleh deficit tekanan uap air
daripada kelembaban mutlak maupun nisbi. Sedangkan pengembunan akan terjadi
bila kelembaban nisbi telah mencapai 100% meskipun tekanan uap air aktualnya
relatif rendah. (Arnold,
2006)
Uap
air adalah suatu gas, yang tidak dapat dilihat, yang merupakan salah satu
bagian dari atmosfer. Kabut dan awan adalah titik air atau butir-butir air yang
melayang-layang di udara. Kabut melayang-layang dekat permukaan tanah,
sedangkan awan melayang-layang di angkasa. Banyaknya uap air yang di kandung
oleh hawa tergantung pada temperatur. Makin tingggi temperatur makin banyak uap
air yang dapat dikandung oleh hawa
Kelembaban udara pada ketinggian lebih dati 2 meter dari permukaan
menunjukkan perbedaan yang nyata antara malam dan siang hari. Pada lapisan udara
yang lebih tinggi tersebut, pengaruh angin terjadi lebih besar. Udara lembab
dan udara kering dapat tercampur lebih cepat (Benjamin, 1994). Kelembaban udara
disuatu tempat berbeda-beda, tergantung pada tempatnya. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor yang mempengaruhinya, diantaranya: Jumlah radiasi yang
dipancatkan matahari yang diterima bumi, pengaruh daratan atau lautan, pengaruh
ketinggian (altitude) dan pengaruh angin.
Kelembaban udara yang lebih tinggi pada udara dekat permukaan pada siang
hari disebabkan karena penambahan uap air hasil evapotranspirasi dari
permukaan. Proses ini berlangsung karena permukaan tanah menyerap radiasi
matahari selama siang hari tersebut. Pada malam hari, akan berlangsung proses
kondensasi atau pengembunan yang memanfaatkan uap air yang berasal dari udara.
Oleh sebab itu, kandungan uap air di udara dekat permukaan tersebut akan
berkurang. (Handoko, 2008)
Komponen yang paling banyak di dalam udara adalah oksigen, nitrogen, dan
uap air. Oksigen dan nitrogen tidak
mempengaruhi kelembaban udara, sedangkan kandungan uap air sangat berpengaruh
terhadap kelembaban udara. Udara yang kurang mengandung uap air dikatakan udara
kering, sedangkan udara yang mengandung banyak uap air dikatakan udara lembab.
Setiap unsur di dalam udara, termasuk uap air, mempengaruhi tekanan udara. Pada
suatu nilai tekanan udara tertentu, tekanan maksimum uap air yang dapat dicapai
dinamakan tekanan jenuh. Jika tekanan melebihi tekanan jenuh akan menyebabkan
uap air kembali membentuk titisan air. Seandainya suhu dinaikkan, tekanan jenuh
juga akan terust meningkat. Oleh karena itu kita dapat mendefenisikan tekanan
jenuh sebagai tekanan uap air diatas
permukaan air mendidih dalam suatu ketel tertutup tanpa udara. Tekanan jenuh
berubah menurut keadaan suhu yang menyebabkan air tersebut mendidih. Oleh
karena itu nilai tekanan jenuh senantiasa berubah. Misalnya, tekanan jenuh pada
100°C ialah 101,3 kPa sedangkan tekanan jenuh pada suhu 60°C adalah 19,9 kPa.
Nilai-nilai ini dapat dilihat pada tabel yang terdapat dalam buku yang ditulis
oleh Dossat. (Asdak, 2001)
Kelembaban
Spesifik
Keterangan :
Specific
humidity (q)
Perbandingan
antara massa uap air (mv), dengan massa udara lembab, yaitu massa udara kering
(md) bersama-sama uap air tersebut (mv).
Nisbah campuran (r) (mixing ratio), massa uap air dibandingkan dengan massa
udara keringr = mv/md.
Kelembaban Relatif ( RH )
Relative humidity (RH) yaitu perbandingan antara kelembaban aktual dengan
kapasitas udara untuk menampung uap air.
Keterangan :
ea = kelembaban aktual/tekanan uap air aktual
es = kapasitas udara untuk menampung uap air/tekanan uap jenuh
Kelembaban relatif/nisbi pada suatu
tempat tergantung pada suhu yang menentukan kapasitas udara untuk menampung uap
air serta kandungan uap air aktual di tempat tersebut. Kandungan uap air yang
aktual ini ditentukan oleh ketersediaan air tempat tersebut serta energi untuk
menguapkannya. Jika daerah tersebut basah dan panas seperti daerah-daerah di
kalimantan, maka penguap akan tinggi yang berakibat pada kelembaban mutlak serta
kelembaban nisbi yang tinggi.
Sedangkan daerah pegunungan di Indonesia umumnya mempunyai kelembaban nisbi
yang tinggi karena suhunya rendah sehingga kapasitas udara untuk menampung uap
air relatif kecil. (Darmawan, 2004)
BAB III
METEDOLOGI
3.1
Waktu dan Lokasi
Praktikum
ini dilakukan pada hari Kamis, 11 Desemer 2014 jam 08.00 wib sampai selesai di
area laboratorium ilmu tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu.
3.2
Alat dan Bahan
·
Termometer bola basah dan bola kering
·
Alat tulis
3.3
Cara Kerja
Pengamatan
Sesaat
1.
Siapkan dua termometer. Basahi salah satu sensor
termometer tersebut dengan air ersih atau aquades setelah diselubungi dengan
kain kasa atau kapas.
2.
Tempatkan pasangan termometer tersebut pada titik
ketinggian 50cm, 120cm, dan 200cm dari permukaan tanah. Diamkan selama 3 menit.
Baca suhu bola basah dan bola kering secara hampir bersamaan.
3.
Tempat lokasi pengamatan adalah di tempat terbuka dan di
bawah pohon.
Pengamatan
Kontinyu
1.
Siapkan dan pasang alat termohygrograf di laboratorium.
2.
Tulis tanggal pemasangan pias, cocokkan waktu pemasangan
dengan jam saat pemasangan.
3.
Amati seminggu kemudian seluruh fluktuasi kelembaban
udara yang terjadi selama itu, lalu jawab dalam laporan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Hasil Pengamatan
NO
|
KETINGGIAN
(cm)
|
LOKASI
|
TERBUKA
|
RH%
|
TERTUTUP
|
RH%
|
Bola
Basah(o)
|
Bola
Kering(o)
|
Bola
Basah (o)
|
Bola
Kering(o)
|
1
|
50
|
25
|
28
|
74
|
25,5
|
25,5
|
100
|
2
|
120
|
25,5
|
28,5
|
74
|
25
|
28
|
74
|
3
|
200
|
25,5
|
28,5
|
74
|
25
|
27,5
|
83
|
4.2Pembahasan
Pada praktikum dilakukan pengukuran
kelembaban udara pada lapangan terbuka dan di bawah pohon pada ketinggian
masing-masing 50, 120, dan 200 cm. Alat yang digunakan adalah termometer bola
basah dan bola kering, dengan bantuan tabel bola basah bola kering pada buku
penuntun
Kelembaban udara yang diukur pada
praktikum ini adalah kelembaban udara nisbi. Untuk mengetahui nilai kelembaban nisbi, contohnya adalah sebagai berikut:
1.
Skala bola kering
dikurangi dengan skala bola basah
2.
Dengan menggunakan
tabel yang terlampir pada buku penuntun, perhatikan skala bola basah dan
selisih BK – BB pada kolom selisih suhu.
3.
Sesuai dengan lajur dan kolom pada tabel, dapat dibaca
bahwa kelembaban nisbinya
Setelah hasil selisih ditemukan
kemudian kita melihat nilai RN pada tabel Konversi Kelembaban Nisbi (RH) dengan
cara melihat nilai perbandingan TBK dan TBB pada tabel
dan nilai TBB pada tabel sehingga nilai RH dapat kita peroleh.
Pengukuran
nilai di Lapangan Terbuka :
RH = TBK - TBB
= 28 – 25
= 3 (
lihat pada tabel kelembaban nisbi bersamaan dengan nilai TBB = 25 )
= 74%
(ketinggian 5cm)
RH = TBK - TBB
=
28,5 – 25,5
= 3 (
lihat pada tabel kelembaban nisbi bersamaan dengan nilai TBB = 25 )
= 74%
(ketinggian 120cm)
RH = TBK - TBB
=
28,5 – 25,5
= 3 (
lihat pada tabel kelembaban nisbi bersamaan dengan nilai TBB = 25 )
= 74%
(ketinggian 200cm)
Pengukuran
nilai di bawah pohon
RH = TBK - TBB
=
25,5 – 25,5
= 0 (
lihat pada tabel kelembaban nisbi bersamaan dengan nilai TBB = 25 )
= 100
% (ketinggian 5cm)
RH = TBK - TBB
= 25
– 28
= 3 (
lihat pada tabel kelembaban nisbi bersamaan dengan nilai TBB = 25 )
= 74
% (ketinggian 120cm)
RH = TBK - TBB
=
27,5 – 25
= 3 (
lihat pada tabel kelembaban nisbi bersamaan dengan nilai TBB = 25 )
= 74%
(ketinggian 200cm)
Pada tabel hasil pengamatan, terlihat
bahwa kelembaban nisbi selalu berubah-ubah. Perubahan yang terjadi tidak
terlalu terlihat, hal ini mungkin dikarenakan ketinggian dan waktu pengamatan
dilakukan tidak terlaly jauh perbedaannya. Pada
siang hari kelembaban nisbi berangsur – angsur turun kemudian pada sore hari
sampai menjelang pagi bertambah besar.
Pada
pengukuran kelembaban nisbi yang dilakukan di bawah tutupan pohon relatif
tinggi. Hal ini dapat terjadi karena di bawah tutupan kanopi pohon
terdapat banyak vegetasi serta kuantitas dan kualitas penyinaran mataharipun
terhalang dengan pepohonan, sehingga menyebabkan
uap air pada daerah ini banyak. Sedangkan
pada lapangan terbuka, kelembaban nisbi lebih rendah dibandingkan dengan kelembaban
nisbi di bawah pohon.
BAB V
PENUTUP
5.1Kesimpulan
Dari
praktikum ini, didapat beberapa kesimpulan bahwa Kelembaban udara nisbi (RH)
suatu tempat dapat diketahui dengan menggunakan alat sling psikometer, dengan
bantuan tabel suhu bola basah dan selisih antara suhu bola kering dan suhu bola
basah.
Kondisi
kelembaban udara dapat berbeda sesuai dengan tempat dan waktu. Pada
siang hari kelembaban nisbi berangsur – angsur turun kemudian pada sore hari
sampai menjelang pagi bertambah besar. kelembaban
nisbi di bawah tutupan pohon relatif tinggi,
karena di bawah tutupan kanopi pohon
terdapat banyak vegetasi serta kuantitas dan kualitas penyinaran mataharipun
terhalang dengan pepohonan, sehingga menyebabkan
uap air pada daerah ini banyak.
5.2Saran
Pada
acara praktikum ini dan seterusnya di harapkan para praktikan membawa buku
penuntun terlebih dahulu agar praktikum
dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
lpsmrs.html (terjemahan 1999)
Di
akses pada tanggal 13 Desember 2014
Asdak, C. 2001. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
GadjahMadaUniversity. Yogyakarta
Press. Yogyakarta. Indonesia. 609 hal.
Darmawan, S. 2004. Metode Penentuan Nilai Komponen HIdrologi dengan
Menggunakan Da-ta Spasial (Studi Kasus : DAS Citarum) Tesis. Teknik
Geodesi Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Handoko. 2008. Pengamatan Unsur – Unsur Cuaca di Stasiun Klimatologi
Pertanian. Jurusan
Geofisika dan Meteorologi FMIPA-IPB. Bogor