Kamis, 01 Januari 2015

LAPORAN PRAKTIKUM KLIMATOLOGI KELEMBABAN UDARA

LAPORAN PRAKTIKUM
KLIMATOLOGI
KELEMBABAN UDARA

NAMA            :  HARNI SUCI UTAMI
NPM                :  E1B013098
SHIFT             :  KAMIS/JAM 08.00 WIB
KELOMPOK  :  1 (SATU)
Ko-ASS           :  SARI YULIA KARTIKA H

PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS EBNGKULU
2014


BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Kelembaban adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentrasi ini dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan relatif. Alat untuk mengukur kelembapan disebut higrometer. Sebuah humidistat digunakan untuk mengatur tingkat kelembapan udara dalam sebuah bangunan dengan sebuah pengawalembap (dehumidifier).
Dapat dianalogikan dengan sebuah termometer dan termostat untuk suhu udara. Perubahan tekanan sebagian uap air di udara berhubungan dengan perubahan suhu. Konsentrasi air di udara pada tingkat permukaan laut dapat mencapai 3% pada 30 °C (86 °F), dan tidak melebihi 0,5% pada 0 °C (32 °F).
Suhu udara di Indonesia pada umumnya tinggi yaitu antara 24 – 34oC, dan kelembaban udara juga tinggi yaitu antara 60 - 90%. Hal ini dapat menyebabkan proses penguapan dari tubuh sapi FH terhambat sehingga sapi mengalami cekaman panas. Tingginya suhu dan kelembaban udara tersebut disebabkan oleh radiasi matahari yang tinggi, sehingga lokasi peternakan sapi perah FH di Indonesia akan lebih baik jika berada pada ketinggian di atas 800 m d.p.l. Selain radiasi, produksi panas hewan yang berupa panas laten dan panas sensibel  tinggi, luas, bahan atap dan bukaan ventilasi yang kurang tepat merupakan penyebab naiknya suhu dan kelembaban udara dalam kandang sapi perah.
Pemecahan analisis aliran udara dapat dilakukan dengan Computational Fluid Dynamics (CFD). Metode CFD menggunakan analisis numerik yaitu kontrol volume sebagai elemen dari integrasi persamaan-persamaan yang terdiri atas persamaan keseimbangan massa, momentum dan energi, sehingga penyelesaian persamaan untuk benda 2 (dua) atau 3 (tiga) dimensi lebih cepat dan dapat dilakukan secara simultan.
cara perhitungan teoritis matematis dan kejadian fisis alami kedalam pengukuran praktis kelembaban nisbi udara dengan menggunakan sling psikometer. Selain itu diharapkan mahasiswa mengerti tentang kondisi kelembaban udara pada berbagai tempat dan beragam waktu harian

1.2Tujuan Praktikum
1.     Agar mahasiswa mengetahui penerapan cara perhitungan teoritis matematis dan kejadian fisis alami ke dalam pengukuran praktis kelembaban nisbi udara dengan menggunakan termometer bola basah dan bola kering da hygrograf.
2.     Mengerti tentang kondisi kelembaban udara pada berbagai tempat dan beragam waktu.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air diudara yang dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun defist tekanan uap air. Kelembaban mutlak adalah kandugan uap air (dapat dinyatakan dengan massa uap air atau tekanannya) persatu air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air. Kapasitas udara untuk menampung uap air tersbeut (pada keadaan jenuh) ditentukan oleh suhu udara. Sedangkan deficit tekanan uap air adalah slisih antara tekanan uap jenuh dan tekanan uap aktual. Masing-masing pernyataan  kelembaban udara tersebut mempunyai arti dan fungsi tertentu dikaitkan dengan masalah yang dibahas. Sebagai contoh, laju penguapan dari permukaan tanah lebih ditentukan oleh deficit tekanan uap air daripada kelembaban mutlak maupun nisbi. Sedangkan pengembunan akan terjadi bila kelembaban nisbi telah mencapai 100% meskipun tekanan uap air aktualnya relatif rendah. (Arnold, 2006)
Uap air adalah suatu gas, yang tidak dapat dilihat, yang merupakan salah satu bagian dari atmosfer. Kabut dan awan adalah titik air atau butir-butir air yang melayang-layang di udara. Kabut melayang-layang dekat permukaan tanah, sedangkan awan melayang-layang di angkasa. Banyaknya uap air yang di kandung oleh hawa tergantung pada temperatur. Makin tingggi temperatur makin banyak uap air yang dapat dikandung oleh hawa
Kelembaban udara pada ketinggian lebih dati 2 meter dari permukaan menunjukkan perbedaan yang nyata antara malam dan siang hari. Pada lapisan udara yang lebih tinggi tersebut, pengaruh angin terjadi lebih besar. Udara lembab dan udara kering dapat tercampur lebih cepat (Benjamin, 1994). Kelembaban udara disuatu tempat berbeda-beda, tergantung pada tempatnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya, diantaranya: Jumlah radiasi yang dipancatkan matahari yang diterima bumi, pengaruh daratan atau lautan, pengaruh ketinggian (altitude) dan pengaruh angin.
Kelembaban udara yang lebih tinggi pada udara dekat permukaan pada siang hari disebabkan karena penambahan uap air hasil evapotranspirasi dari permukaan. Proses ini berlangsung karena permukaan tanah menyerap radiasi matahari selama siang hari tersebut. Pada malam hari, akan berlangsung proses kondensasi atau pengembunan yang memanfaatkan uap air yang berasal dari udara. Oleh sebab itu, kandungan uap air di udara dekat permukaan tersebut akan berkurang. (Handoko, 2008)
Komponen yang paling banyak di dalam udara adalah oksigen, nitrogen, dan uap  air. Oksigen dan nitrogen tidak mempengaruhi kelembaban udara, sedangkan kandungan uap air sangat berpengaruh terhadap kelembaban udara. Udara yang kurang mengandung uap air dikatakan udara kering, sedangkan udara yang mengandung banyak uap air dikatakan udara lembab. Setiap unsur di dalam udara, termasuk uap air, mempengaruhi tekanan udara. Pada suatu nilai tekanan udara tertentu, tekanan maksimum uap air yang dapat dicapai dinamakan tekanan jenuh. Jika tekanan melebihi tekanan jenuh akan menyebabkan uap air kembali membentuk titisan air. Seandainya suhu dinaikkan, tekanan jenuh juga akan terust meningkat. Oleh karena itu kita dapat mendefenisikan tekanan jenuh sebagai  tekanan uap air diatas permukaan air mendidih dalam suatu ketel tertutup tanpa udara. Tekanan jenuh berubah menurut keadaan suhu yang menyebabkan air tersebut mendidih. Oleh karena itu nilai tekanan jenuh senantiasa berubah. Misalnya, tekanan jenuh pada 100°C ialah 101,3 kPa sedangkan tekanan jenuh pada suhu 60°C adalah 19,9 kPa. Nilai-nilai ini dapat dilihat pada tabel yang terdapat dalam buku yang ditulis oleh Dossat. (Asdak, 2001)

q = m/(md + mv)

 
Kelembaban Spesifik

Keterangan :
Specific humidity (q)
Perbandingan antara massa uap air (mv), dengan massa udara lembab, yaitu massa udara kering (md) bersama-sama uap air tersebut (mv).
Nisbah campuran (r) (mixing ratio), massa uap air dibandingkan dengan massa udara keringr = mv/md.


Kelembaban Relatif ( RH )
Relative humidity (RH) yaitu perbandingan antara kelembaban aktual dengan kapasitas udara untuk menampung uap air.
RH = 100 ea / es
 
 



Keterangan :
ea = kelembaban aktual/tekanan uap air  aktual
es = kapasitas udara untuk menampung  uap air/tekanan uap jenuh

Kelembaban relatif/nisbi pada suatu tempat tergantung pada suhu yang menentukan kapasitas udara untuk menampung uap air serta kandungan uap air aktual di tempat tersebut. Kandungan uap air yang aktual ini ditentukan oleh ketersediaan air tempat tersebut serta energi untuk menguapkannya. Jika daerah tersebut basah dan panas seperti daerah-daerah di kalimantan, maka penguap akan tinggi yang berakibat pada kelembaban mutlak serta kelembaban nisbi yang tinggi. Sedangkan daerah pegunungan di Indonesia umumnya mempunyai kelembaban nisbi yang tinggi karena suhunya rendah sehingga kapasitas udara untuk menampung uap air relatif kecil. (Darmawan, 2004)


BAB III
METEDOLOGI

3.1            Waktu dan Lokasi
Praktikum ini dilakukan pada hari Kamis, 11 Desemer 2014 jam 08.00 wib sampai selesai di area laboratorium ilmu tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu.

3.2            Alat dan Bahan
·        Termometer bola basah dan bola kering
·        Alat tulis

3.3            Cara Kerja
Pengamatan Sesaat
1.     Siapkan dua termometer. Basahi salah satu sensor termometer tersebut dengan air ersih atau aquades setelah diselubungi dengan kain kasa atau kapas.
2.     Tempatkan pasangan termometer tersebut pada titik ketinggian 50cm, 120cm, dan 200cm dari permukaan tanah. Diamkan selama 3 menit. Baca suhu bola basah dan bola kering secara hampir bersamaan.
3.     Tempat lokasi pengamatan adalah di tempat terbuka dan di bawah pohon.

Pengamatan Kontinyu
1.     Siapkan dan pasang alat termohygrograf di laboratorium.
2.     Tulis tanggal pemasangan pias, cocokkan waktu pemasangan dengan jam saat pemasangan.
3.     Amati seminggu kemudian seluruh fluktuasi kelembaban udara yang terjadi selama itu, lalu jawab dalam laporan.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil Pengamatan
NO
KETINGGIAN
(cm)
LOKASI
TERBUKA
RH%
TERTUTUP

RH%
Bola Basah(o)
Bola Kering(o)
Bola Basah (o)
Bola Kering(o)
1
50
25
28
74
25,5
25,5
100
2
120
25,5
28,5
74
25
28
74
3
200
25,5
28,5
74
25
27,5
83

4.2Pembahasan
Pada praktikum dilakukan pengukuran kelembaban udara pada lapangan terbuka dan di bawah pohon pada ketinggian masing-masing 50, 120, dan 200 cm. Alat yang digunakan adalah termometer bola basah dan bola kering, dengan bantuan tabel bola basah bola kering pada buku penuntun
Kelembaban udara yang diukur pada praktikum ini adalah kelembaban udara nisbi. Untuk mengetahui nilai kelembaban nisbi, contohnya adalah sebagai berikut:
1.     Skala bola kering dikurangi dengan skala bola basah
2.     Dengan menggunakan tabel yang terlampir pada buku penuntun, perhatikan skala bola basah dan selisih BK – BB pada kolom selisih suhu.
3.     Sesuai dengan lajur dan kolom pada tabel, dapat dibaca bahwa kelembaban nisbinya
Setelah hasil selisih ditemukan kemudian kita melihat nilai RN pada tabel Konversi Kelembaban Nisbi (RH) dengan cara melihat nilai perbandingan TBK dan TBB pada tabel dan nilai TBB pada tabel sehingga nilai RH dapat kita peroleh.
Pengukuran nilai di Lapangan Terbuka :
RH = TBK  - TBB
     = 28 – 25
      = 3 ( lihat pada tabel kelembaban nisbi bersamaan dengan nilai TBB = 25 )
      = 74% (ketinggian 5cm)
RH = TBK  - TBB
      = 28,5 – 25,5
      = 3 ( lihat pada tabel kelembaban nisbi bersamaan dengan nilai TBB = 25 )
      = 74% (ketinggian 120cm)
RH = TBK  - TBB
      = 28,5 – 25,5
      = 3 ( lihat pada tabel kelembaban nisbi bersamaan dengan nilai TBB = 25 )
      = 74% (ketinggian 200cm)
Pengukuran nilai di bawah pohon
RH = TBK  - TBB
      = 25,5 – 25,5
      = 0 ( lihat pada tabel kelembaban nisbi bersamaan dengan nilai TBB = 25 )
      = 100 % (ketinggian 5cm)
RH = TBK  - TBB
      = 25 – 28
      = 3 ( lihat pada tabel kelembaban nisbi bersamaan dengan nilai TBB = 25 )
      = 74 % (ketinggian 120cm)
RH = TBK  - TBB
      = 27,5 – 25
      = 3 ( lihat pada tabel kelembaban nisbi bersamaan dengan nilai TBB = 25 )
      = 74% (ketinggian 200cm)
Pada tabel hasil pengamatan, terlihat bahwa kelembaban nisbi selalu berubah-ubah. Perubahan yang terjadi tidak terlalu terlihat, hal ini mungkin dikarenakan ketinggian dan waktu pengamatan dilakukan tidak terlaly jauh perbedaannya. Pada siang hari kelembaban nisbi berangsur – angsur turun kemudian pada sore hari sampai menjelang pagi bertambah besar.
Pada pengukuran kelembaban nisbi yang dilakukan di bawah tutupan pohon relatif tinggi. Hal ini dapat terjadi karena di bawah tutupan kanopi pohon terdapat banyak vegetasi serta kuantitas dan kualitas penyinaran mataharipun terhalang dengan pepohonan, sehingga menyebabkan uap air pada daerah ini banyak. Sedangkan pada lapangan terbuka, kelembaban nisbi lebih rendah dibandingkan dengan kelembaban nisbi di bawah pohon.




BAB V
PENUTUP

5.1Kesimpulan
Dari praktikum ini, didapat beberapa kesimpulan bahwa Kelembaban udara nisbi (RH) suatu tempat dapat diketahui dengan menggunakan alat sling psikometer, dengan bantuan tabel suhu bola basah dan selisih antara suhu bola kering dan suhu bola basah.
Kondisi kelembaban udara dapat berbeda sesuai dengan tempat dan waktu. Pada siang hari kelembaban nisbi berangsur – angsur turun kemudian pada sore hari sampai menjelang pagi bertambah besar. kelembaban nisbi di bawah tutupan pohon relatif tinggi, karena di bawah tutupan kanopi pohon terdapat banyak vegetasi serta kuantitas dan kualitas penyinaran mataharipun terhalang dengan pepohonan, sehingga menyebabkan uap air pada daerah ini banyak.

5.2Saran
Pada acara praktikum ini dan seterusnya di harapkan para praktikan membawa buku penuntun terlebih dahulu agar praktikum  dapat berjalan dengan lancar.








DAFTAR PUSTAKA

Arnold, J.E. 2006. Soil Moisture. http://www.ghcc.msfc.nasa.gov/landprocess/
lpsmrs.html (terjemahan 1999)
Di akses pada tanggal 13 Desember 2014

Asdak, C. 2001. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
GadjahMadaUniversity. Yogyakarta
Press. Yogyakarta. Indonesia. 609 hal.     

Darmawan, S. 2004. Metode Penentuan Nilai Komponen HIdrologi dengan Menggunakan Da-ta Spasial (Studi Kasus : DAS Citarum) Tesis. Teknik Geodesi Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Handoko. 2008.  Pengamatan Unsur – Unsur Cuaca di Stasiun Klimatologi     Pertanian. Jurusan Geofisika dan Meteorologi  FMIPA-IPB. Bogor